Yogyakarta – Selasa, 8 November 2022 Badan Pendidikan dan Pelatihan DIY melaksanakan pembukaan Diklat Ideologi Pancasila, Wawasan Kebangsaan dan Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta Angkatan II. Acara dibuka oleh Bapak Sugeng Wahyudi, S.Pd., M.Eng. selaku Kepala Bidang Pengembangan Kemitraan dan Kerja Sama.

Dalam laporan penyelenggara, Bapak Wajiyono, S.E. menjelaskan bahwa tujuan diselenggarakannya Diklat IWAK Angkatan II ini, yaitu untuk meningkatkan pemahaman, pengetahuan dan keterampilan Aparatur Sipil Negara di Lingkungan Pemda DIY, khususnya tenaga pendidik, sehingga diharapkan nantinya peserta diklat akan memiliki pemahaman yang utuh dan komprehesif dalam hal Wawasan Kebangsaan, Ideologi Pancasila, dan Keistimewaan Yogyakarta.

Peserta Diklat IWAK Angkatan II ini berjumlah 30 peserta yang merupakan ASN Tenaga Pendidik di lingkungan PEMDA DIY. Diklat ini dilaksanakan selama kurang lebih 18 hari kerja mulai tanggal 8 November s.d. 9 Desember 2022, dengan sistem on – off di Badan Diklat DIY. Kegiatan visitasi akan diadakan sebanyak 3 (tiga) kali, yaitu ke Pusat Studi Pancasila UGM, Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Polda DIY. Sedangkan untuk Benchmarking (Observasi Lapangan) akan dilaksanakan di Kota Blitar, Provinsi Jawa Timur.

Dalam sambutan Kepala Badan Diklat DIY yang disampaikan oleh Bapak Sugeng, beliau menjelaskan sebenarnya jika dicermati secara mendalam, bahwa problem yang dihadapi oleh bangsa Indonesia bukan saja masalah tidak aktualnya nilai-nilai Pancasila dalam implementasi kebangsaan dan kenegaraan. Meski memiliki keragaman etnik, agama dan keyakinan, budaya dan tradisi, serta bahasa yang paling kaya, sekaligus problematik di dunia, kita tetaplah “Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa: Indonesia” dalam bingkai NKRI yang tak boleh diubah, karena sudah menjadi realitas final. Ideologi Pancasila, Wawasan Kebangsaan dan Keistimewaan terdiri atas tiga tataran, yaitu nilai dasar-normatif, nilai instrumental, dan nilai praksis.

Di DIY, konsep institusionalisasi harus disertai internalisasi, agar tidak menjadi sia-sia. Itulah tantangan yang sejatinya harus kita hadapi bersama, dan harus dituntaskan dalam semua level supra-struktur dan infra-struktur politik, sampai implementasinya, sehingga benar-benar hidup di tengah masyarakat-bangsa dan mewujud menjadi jatidiri bangsa Indonesia.

(team)